Tuesday 20 February 2018

MEET UP (KOPDAR) BERSAMA 30 HARI BERCERITA (REGION BANDUNG)


Tepat pada hari minggu tanggal 18 Februari 2018, sore itu aku menghabiskan waktu mengikuti meet up atau kopdar bersama teman-teman dari 30 Hari Bercerita (30 HBC) regional Bandung yang diadakan di Kopi Endeus Jl. Hasanudin No. 28 Bandung.



Bercerita dulu yuk apasih 30 Hari Bercerita itu!

Ada yang menarik buatku di awal tahun 2018 kemarin. Aku melihat postingan instagram salah satu temanku dan aku membaca captionnya, dipaling bawah dia mention salah satu akun instagram @30haribercerita dan beberapa hastag. Penasaran, akhirnya aku buka akun @30haribercerita dan mulailah kepo.

Ajakan rutin ngeblog sebulan penuh tiap awal tahun” begitulah pertama kali aku baca bio akun dari 30 hari bercerita. Scroll isi akun instagramnya, mulailah ada rasa tertarik untuk bisa gabung.
Jadi 30 hari bercerita (30 HBC) ini adalah akun instagram dimana para followersnya diajak untuk menulis cerita di caption postingan instagram setiap harinya selama 30 hari di bulan Januari setiap tahunnya. Setiap harinya tema ceritanya bebas, tapi ada beberapa tanggal yang tema ceritanya ditentukan oleh admin. 

Tahun 2018 ini adalah tahun ketiga 30 HBC ini berlangsung. Dan aku baru mengetahuinya di tahun 2018 ini. Aku ingat pertama kali aku tahu 30 HBC ini pada hari ke 7 entah ke 8 di bulan Januari 2018. Belum memulai menulis cerita, aku mencoba untuk membaca-baca dulu postingan yang di regram oleh akun 30 HBC yang diambil dari beberapa orang. Atau kadang aku membuka salah satu hastag untuk membaca cerita-cerita yang beragam.

Dan akhirnya aku benar-benar tertarik untuk bergabung mengingat aku senang sekali bercerita mengenai apapun dan aku ingin menceritakan semuanya dalam bentuk tulisan yang ringan.

Kalau sudah di tanggal 7 Januari itu berarti menandakan kalau seharusnya sudah masuk 7 cerita yang diposting. Aku sempat bertanya kepada admin di akun 30 HCB apakah masih bisa bergabung atau tidak meskipun tidak dimulai dari tanggal 1, ternyata dengan baik hati admin membolehkan aku untuk bergabung di hari ke-7 namun sebisa mungkin full 30 hari aku bercerita. Intinya ini adalah suatu tantangan baru untuk kita bisa konsisten dalam menulis cerita setiap harinya.

Aku mulai ikut bercerita di hari ke-8, dan hari ke-8 kebetulan hari dimana tema ditentukan oleh admin. Temanya adalah "Teman".
Jujur saja, aku tidak full menulis 30 cerita, banyak sekali bolongnya. Bahkan keitung berapa kali aku menulis cerita. Padahal di awal aku ingin sekali mengejar ketertingganku dalam menulis selama 30 hari tapi dikarenakan kegiatan sehari-hariku yang cukup padat, sehingga keinginan untuk memenuhi 30 cerita dalam 1 bulan musnaaah sudah hehehe. 
Atau kadang, ketika waktu santai mau coba nulis tiba-tiba blank karna otak minta istirahat sepertinya. Ternyata susah ya bisa konsisten menulis satu hari satu cerita.

Oke, balik lagi ke meet up/kopdar.
Jadi, sebelum diadakannya meet up, pada awal bulan februari admin mengajak para penulis cerita 30HBC untuk meet up. Aku bersemangat sekali dan langsung komen "Bandung dong" dan langsung isi form yang sudah dicantumkan di bio.
Lama tak ada kabar, tau-tau ada info lagi kalau meet up benar-benar terjadi, termasuk di Bandung! Yeaaaay! 

Pengumuman meet up di posting di instagram 30 HBC. Dilaksanakan serentak di empat kota yang berbeda dalam hari dan waktu yang sama. Yaitu Bandung, Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta. 
Aku benar-benar bersemangat sampe-sampe gak sabar banget nunggu email undangan dari tim 30 HBC Bandung.

Akhirnya pada hari sabtu yang saat itu sudah gelap, ada email masuk dan ternyata itu adalah undangan untuk meet up 30 HBC. Isinya mengenai detail acara meet up. Dan kita peserta diwajibkan bikin surat dengan tema 'Salam' yang menjadi semacam tiket masuk untuk ikut acara. Makin semangat deh. 

Hari minggu 18 Februari 2018 tepat pukul 15.00 aku berangkat dari rumah menuju tempat meet up 30 HBC Bandung. Sampai disana aku melihat ada beberapa orang yang berkumpul. Tapi aku belum memberanikan diri untuk gabung, malu takut salah orang hihi.
Akhirnya pas aku liat balon huruf bertuliskan 30 HBC BDG aku samperin dan langsung disambut baik serta hangat sentosaaaah oleh salah satu tim panitia. Dan aku dipersilahkan untuk mengisi absen dan mengumpulkan surat yang sudah aku buat dadakan sebelum berangkat hahaha.

Acara benar-benar dimulai pada pukul 16.30 dimulai dengan perkenalan dari tim sukses yang menjadi panitia untuk meet up hari ini dan dilanjutkan dengan perkenalan dari masing-masing peserta yang datang hari itu. 
Dikarnakan acaranya memang dibuat santai, kita semua yang hadir pun sangat menikmati obrolan-obrolan seru antara satu orang dengan yang lainnya. Tawa canda tak lepas dari perbincangan-perbincangan kami. 


Surat yang tadi dikumpulkan dibagikan kembali secara acak ke masing-masing panitia dan peserta yang hadir. Kemudian diadakan kuis kecil-kecilan yang nantinya akan diberi hadiah yang sudah disediakan oleh panitia, berupa buku dan teh kesehatan.

Kuis yang diadakan sangat sederhana namun menyenangkan. Salah satu panitia memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar 30 HBC. Yang bisa menjawab langsung mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh panitia. Tidak hanya itu, peserta yang menjawab tadi harus membacakan surat yang dia dapat. 

Masuk ke pertanyaan ke tiga, dengan pertanyaan "ada berapa kota yang hari ini mengadakan meet up dan dimana saja?" sontak aku langsung mengacungkan tanganku. Aku langsung menjawab pertanyaannya dan mulai membacakan surat yang aku terima. Suratnya lucu dan unik menurutku. dengan amplop berwana putih tulang dan kertas surat berwarna coklat aku buka suratnya. Tidak ada nama dari siapa surat itu berasal.


Tapi menarik buatku, didalam isi surat dengan tema "Salam" itu lengkap dengan daun salam yang di tempel dengan selotif glitter silver yang menggemaskan.
Aku mulai membacakan suratnya didepan teman-teman yang hadir hari itu. Sambil terkagum, waaaah tulisan ringan ini keren menurutku.
Selesai membacakan surat, aku diminta untuk ambil hadiah sendiri. Aku memilih sebuah buku sebagai hadiahnya.

Acara berlanjut sampai hadiah habis dibagikan. Tidak terasa hari itu awan sudah gelap, sudah masuk adzan magrib. Sebagai penutup salah satu panitia ingin memberikan buku yang dia tulis bersama teman-temanya sebagai hadiah untuk yang hadir di hari itu. Untuk dapat hadiah buku spesial itu bukan dengan cara kuis lagi, melainkan akan diberikan kepada temen-temen yang jumlah followers instagramnya paling banyak diantara peserta lainnya. 


Seperti adegan lelang barang, beberapa menyebutkan jumlah followers instagram masing-masing. Lalu aku ikut "lelang" aku sebutkan jumlah followers ku, dan berhenti sampai di aku. Ah aku senang sekali, aku yang mendapat hadiah buku itu. Yeaaaay!
Di meet up 30 HBC ini aku mendapat 2 buku sekaligus, wiiiiih Alhamdulillah :)







Acara meet up hari itu sudah ditutup dengan rasa bahagia. Sebelum bubar, ada beberapa yang masih asik mengobrol, tukar-menukar akun instagram dan ada yang bergantian untuk shalat magrib.
Alhamdulillah, secara pribadi aku senang sekali bisa bertemu dengan teman-teman yang semula hanya berteman via dunia maya alias instagram. 
30 HBC membawa energi positif untukku. Ini membuat aku semakin semangat untuk menulis apapun. Meski belum bisa sebagus orang lain, setidaknya aku belajar. Semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi. Aamiin.




Aku bersyukur kepada Allah, ini adalah suatu rezeki aku dipertemukan dengan 30 Hari Bercerita!



Terimakasih dariku yang kagum.
Love,
Helda Kardyana.






Wednesday 14 February 2018

Persiapan Pernikahan - "Semua akan baik-baik saja"


Hari selasa tanggal 13 Februari 2018 aku absen tidak masuk kantor karna ada jadwal fitting baju untuk hari pernikahanku yang kurang lebih sekitar 2 bulan lagi menuju hari H.
Aku pergi tidak berdua saja dengan calon imamku, tapi bersama dengan 4 orang lainnya. Tepatnya bersama 2 pasangan teman-teman kami yang akan menjadi pager ayu/bagus diacara pernikahan kami.
Mereka adalah Intan - Ardi dan Dading - Moudy.

——————————————

Pukul 10.00 aku bergegas untuk pergi ke rumah Akbar (calon suamiku) di daerah Sarijadi blok 2 dengan menggunakan ojek online. Aku tidak dijemput karna kami akan pergi menggunakan mobil dan menjemput teman lainnya.
Sesampainya di rumah Akbar, dia segera bersiap-siap untuk pergi juga.
Yaa begitulah, sebetulnya ini salah satu alasan kenapa biar aku saja yang datang kerumahnya. Kadang perempuan datang agar laki-laki bisa lekas bergegas jika ada janji keluar, tidak banyak malas-malasan. Jadi bisa agak bawel secara langsung untuk bersegera siap-siap daripada hanya sekedar bawel di chat. Bukan begitu, ladies?
Setelah benar-benar siap, akhirnya kami berangkat sekitar pukul 11.15 dan siap-siap menjemput Intan dirumahnya yang belokasi di Sarijadi blok 17.
Sesampainya disana Intan masuk mobil dan kita benar-benar siap untuk pergi menemui 3 teman lainnya, yakni Ardi, Dading dan Moudy.
Dading harus izin dari kantornya disalah saru cafe terkenal di kota Bandung dan menjemput Moudy pacarnya, sedangkan Ardi sedang rapat di sekolah tempat ia bekerja sebagai guru BK dan info yang kami dapat rapat akan selesai pukul 12.00 siang ini. Dan kami memutuskan untuk menunggu mereka bertiga.

——————————————

Selama perjalanan kami bertiga mengobrol dan merasa perut keroncongan karna memang sudah waktunya masuk jam makan siang. Sambil menunggu 3 teman lainnya akhirnya kita memutuskan untuk mengisi perut dulu di tempat makan dimsum di jalan jawa.

——————————————

Kami bertiga memesan cukup banyak aneka dimsum disana karna mengingat betapa laparnya kami. Tapi aku tidak bisa makan banyak, aku punya maag akut dan sedang kambuh, jadi mudah mual untukku jika makan terlalu banyak sekaligus. Aku harus makan sedikit tapi sering. Begitulah aku.
——————————————
Tepat setelah kami bertiga menghabiskan dimsum yang kami pesan, tak lama Dading dan Moudy datang menghampiri kami. Dading hanya memesan es teh manis saja karna mungkin dia hanya haus setelah perjalanan panas di kota Bandung siang ini. Terlebih Ardi ternyata sudah selesai rapat dan sudah menunggu di Cafe Rumah Panasdalam yang berada di jl. Ambon dan kami bersiap kesana untuk menjemputnya.
Rumah Panasdalam ini rumah kedua bagi Akbar, Dading, dan Ardi. Ah entah kenapa, mungkin karna memang mereka senang saja disana. Terlebih disana memang markasnya ayah Pidi Baiq sang penulis ciamik buku Dia adalah Dilanku 1990, dan mereka bertiga adalah “fruitchild”-nya ayah pidi.

——————————————

Akhirnya aku, Akbar dan Intan dengan menggunakan mobil pergi menuju Rumah Panasdalam untuk menjemput Ardi disusul oleh Dading dan Moudy menggunakan vespa merahnya Dading.
Sesampainya di rumah panasdalam, Dading dan Ardi memarkirkan motornya disana dan kami semua pergi bersama menggunakan mobil menuju tempat fitting di daerah yang cukup jauh dari tempat kami, yaitu Cibiru.

——————————————

Selama diperjalanan yang cukup panjang kami senang sekali berbicara banyak hal yang membuat kami tertawa dan senang. Hingga tak terasa kita sudah sampai di tempat tujuan.
Kami dipersilahkan masuk oleh teteh-teteh yang ada disana dan dipersilahkan duduk untuk menunggu rekannya yang memang sudah janjian denganku untuk fitting baju hari ini. Dia bernama teh Putri, aku panggil teh Puput.

——————————————

Tidak lama, akhirnya teh Puput datang menghapiriku dan langsung mengajakku ke lantai 2 untuk langsung memilih baju yang ingin aku pakai di hari pernikahanku nanti.
Aku disarankan oleh Teh Puput untuk mencoba salah satu baju akad terbaru yang dia namakan “Baju Raisa”. Dan hey, aku suka sekali baju ini.
Jujur saja, sebetulnya sudah dari jauh-jauh hari aku sudah memesan salah satu baju akad pilihan aku dan Akbar sewaktu pertama kali kesana berdua untuk booking tanggal. Tapi sayangnya baju itu ternyata sudah di book calon mempelai lain yang akan melaksanakan pernikahannya sehari sebelum tanggal pernikahan kami. Tapi, kemunculan baju akad yang baru ini akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan baju itu di akad kami nanti. Akbar pun mencoba beskap untuk pasangan baju yang aku pakai.
Untuk baju resepsi untuk aku belum ada, tapi jas untuk Akbar sudah ada. Baju resepsi yang aku pilih masih di laundry, tapi katanya itu juga sudah di book oleh pasangan mempelai lain. Cukup sedih saat mendengar itu. Tapi teh Puput menyampaikan kepadaku bahwa ada baju baru yang masih proses jahit dengan warna senada dengan yang aku pilih sebelumnya. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu hasil baju resepsi baru itu yang diperkirakan akan selesai ditanggal 20 bulan ini. Mudah-mudahan cocok denganku.

——————————————

Harus kalian ketahui, rasanya senang sekali kami sudah ada di titik fitting baju pengantin setelah cukup banyak hal yang terjadi dalam hubunganku dengan Akbar.
Rasanya seperti baru kemarin aku mengenal sosok laki-laki ini, tau-tau sudah mau menikah saja. Alhamdulillah.

——————————————

Selesai semua fitting termasuk kedua pasangan temanku yang akan menjadi pager ayu/bagus, akhirnya kami pamit pulang setelah sedikit berbincang bercanda tertawa bersama teman-teman dan dilengkapi oleh teh Puput yang bergabung.
Kami pulang sekitar pukul 15.20, dan seperti yang kita tahu, lalu lintas kota Bandung di jam tersebut adalah jam dimana-mana macet. Ya tapi kita menikmati saja, meski lelah. Dan kulihat di bangku kedua mobil Intan terlelap kelelahan.
Kami memutuskan menuju rumah panasdalam untuk mengantar Dading mengambil motornya karna dia harus kembali kekantor untuk hanya sekedar ambil tas miliknya dan sekaligus mengantar Moudy yang hari itu ada kuliah di jam 18.00.
Akhirnya di mobil hanya tersisa aku, Akbar, Intan dan Ardi. Tujuan Ardi dan Intan selanjutnya adalah ke Baltos, salah satu mall di Bandung. Karna ternyata sudah ditunggu oleh mama Intan dan temannya karna akan membeli perlengkapan untuk persiapan Intan dan Ardi bertunangan di pekan depan.
Tadinya, Ardi akan berangkat ke baltos dengan menggunakan motornya sedangkan Intan biar denganku dan Akbar saja. Tapi Akbar memberi ide kepada Ardi.
“udahlah hayu ke baltosnya sama urang aja berempat bareng, ngambil motor mah gampang nanti”
Akhirnya kita berempat menuju baltos dengan suasana kota bandung yang sudah mulai gelap seperti akan turun hujan.

——————————————

Sesampainya di baltos, Ardi dan Intan langsung ke toko yang mereka tuju sedangkan aku dan Akbar memutuskan menunggu mereka di salah satu tempat makan di food court baltos yaitu the Kiosk karna aku dan Akbar sudah sangat lapar sekali.
Kami makan duluan tanpa menunggu Ardi dan Intan. Lalu aku menghubungi Dading untuk datang menyusul setelah mengantarkan Moudy ke kampus.
Cukup lama kami berdua menunggu sambil mengobrol ringan, akhirnya Dading datang dengan wajah laparnya dan tanpa waktu lama dia sudah memesan makanan. Dasar memang nih anak banyuwangi.
Tidak lama dari kedatangan Dading, Intan dan Ardi akhirnya datang juga. Merekapun langsung memesan makanan karna memang sama-sama lapar sepertinya.
Makanan datang tanpa waktu lama, mereka bertiga menyantap makanan yang mereka pesan.

——————————————

Hari sudah mulai gelap, dan benar saja Bandung di guyur hujan sore itu. Hujan yang cukup deras.
Posisi duduk kami dekat dengan jendela yang terbuka dan kami berbincang sambil menghabiskan makanan yang sudah dipesan.
Saat hujan, mulai terasa sepoy sepoy angin bertiup ke arah wajahku melalui jendela. Ah ngantuk sekali, lelah fikirku.

——————————————

Setelah lama berbincang, sekitar pukul 19.00 akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Dading memisahkan diri pulang karna dia datang sendiri dengan motor vespa merahnya. Sedangkan kami berempat tetap bersama untuk pulang.
Dijalan Akbar bertanya pada Ardi kemana lagi tujuan kita. Akhirnya kita memutuskan untuk ke tempat nyaman bernama Tambuhak di jalan surya sumantri.
Tentu dengan mengantarkan Ardi ke rumah panasdalam untuk mengambil motornya. Intan tetap dengan kami. Kami sepakat bertemu di Tambuhak yg lokasinya memang tidak jauh dari rumah Akbar dan Intan.

——————————————

Sampailah kami di Tambuhak, kami hanya memesan minuman saja. Aku memesan hot green tea latte yang sama dengan Ardi dan Akbar memesan Latte sedangkan Intan hanya membeli air mineral, karna dia merasa mual.
Kami memilih tempat duduk yang super nyaman untuk kami bersantai dan mengobrol. Kami mengobrol mengenai persiapan pernikahan.
Intan dan Ardi meminta pendapat mengenai persiapan pernikahan kepada aku dan Akbar karna memang mereka selain mempersiapkan untuk pertunangan mereka di pekan depan juga sekaligus mempersiapkan untuk pernikahan yang In Syaa Allah katanya akan dilaksanakan di bulan Syawal. Kami saling sharing mengenai hal-hal menyangkut persiapan pernikahan.

——————————————

Entah kenapa, obrolan mengenai pernikahan, mengenai rencana masa depan ini sangat aku sukai. Aku begitu bersemangat ketika sedang sharing mengenai hal tersebut.
Keasikan mengobrol, waktu sudah menujukkan pukul 22.00 dan kami memutuskan pulang ke rumah masing-masing.
Intan diantar Ardi, dan aku diantar Akbar menuju rumahku di daerah Ciumbuleuit.

——————————————

Akhirnya tinggal aku saja dan Akbar berdua.
“Udah lama ya gak berdua gini di mobil” katanya.
Iya, jadi kita kemana-mana pakai motor. Sekiranya memang masih bisa pakai motor kita hanya pakai motor, sudah lama memang kita gak pergi berdua dengan menggunakan mobil. Bukan apa-apa, lalu lintas Bandung sekarang tidak seperti biasanya. Bandung sekarang sedikit-sedikit macet. Males kan.

——————————————

Dengan badan yang sudah cukup lelah seharian ini berada diluar, kami berdua tetap mengobrol seperti biasanya di dalam mobil menuju perjalanan pulang.
Obrolan lebih ke serius tapi santai. Kita membicarakan perihal kepribadian dan pernikahan kita yang ternyata tidak terasa hanya tinggal 2 bulan lagi menuji hari H.
Ada yang paling aku ingat dan membuat aku cukup terkesan. Ah entah kenapa.
“Sudah tenang, sekarang tidak perlu ada lagi yang di khawatirkan.” seru Akbar kepadaku.
“paling cuma khawatir nanti gimana di hari H”
“ah tapi apa yang perlu di khawatirin yah, tenang ajalah yah semua akan baik-baik saja”
Begitu katanya.
Aku tersenyum sambil bilang.
“iya bismillah berdoa saja”

——————————————

Sesampainya aku dirumah, aku merasa tenang sekali ketika ia mengatakan “tak perlu ada lagi yang mesti di khawatirkan, semua akan baik-baik saja”.
Kata-kata itu terngiang, hingga aku memutuskan menuliskan ini.

——————————————

Terimakasih, semoga akan selalu.



Love,
Helda Kardyana